. chee titatita: Fenomena Halo

About me

Foto saya
Orang tua ku ,Temen-temen baek ku tau segalanya bout "ifteeta ", dan anda yang akan menilai saiia sendiri...
Feeds RSS
Feeds RSS

Selasa, 26 April 2011

Fenomena Halo

Pernahkah anda melihat pelangi berbentuk bulat mengitari matahari? Itu Halo Matahari ! Apa itu fenomena halo matahari? Mau tahu?
Halo (ἅλως; disebut juga nimbus, icebow, atau Gloriole) adalah lingkaran cahaya seakan-akan pelangi yang mengelilingi Matahari atau Bulan. Ia adalah sejenis fenomena optik. Ia adalah fenomena yang lebih kerap terjadi daripada kejadian pelangi.Halo berasal dari bahasa Yunani yang artinya lingkaran bulan, namun sekarang diartikan sebagai lingkaran cahaya yang mengelilingi bulan atau matahari adalah fenomena optikal berupa lingkaran cahaya di sekitar Matahari dan Bulan, yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber cahaya dan kadang-kadang pada sumber cahaya lain seperti lampu penerangan jalan. . Halo adalah fenomena yang lebih sering terjadi di langit.Ada berbagai macam halo, tapi umumnya halo muncul disebabkan oleh refleksi dan refraksi cahaya matahari/bulan oleh kristal-kristal es yang terdapat di awan cirrus, awan yang terletak di tingkatan atmosfer yang disebut troposfer, sekitar 5-10km dari permukaan bumi.Fenomena halo bisa juga anda temui saat melihat bohlam yang menyala di ruangan gelap, atau lampu jalan di malam hari.
Saat awan cirus hanya merefleksikan dan merefraksikan cahaya matahari, biasanya halo yang terbentuk hanya cincin yang tak berwarna. Namun jika pada sudut yang tepat, bisa terjadi juga dispersi sehingga cincin yang terjadi juga berwarna seperti halnya pelangi. Contoh refraksi yang sederhana adalah saat anda melihat sedutan dalam gelas berisi air terlihat patah, atau permukaan dasar kolam yang terlihat menjadi lebih dekat ke permukaan daripada yang sebenarnya.
Refleksi yang terjadi saat cahaya melewati titik air, es atau kristal yang transparan hanya terjadi pada sudut tertentu saja. Sudut ini ditentukan oleh index refraksi medium tersebut. Contoh sederhana saat kita melihat akuarium pada sudut tertentu kaca akuarium yang tembus pandang tiba-tiba menjadi cermin, memantulkan bayangan isi akuarium.
Bentuk dan lokasi kristal es menentukan tipe halo apa yang akan terlihat. Cahaya yang dipantulkan pada kristal es dapat terpecah menjadi lebih dari satu warna, sama seperi pada pelangi.

Lingkaran halo merupakan salah satu fenomena optik seperti halnya pelangi yang disebabkan pembelokan cahaya oleh unsur atmosfer. Halo disebabkan oleh pembelokan cahaya oleh kristal es di lapisan awan tinggi yakni awan Cirrostratus. Awan ini merupakan kombinasi awan cirrus dan stratus. Awan cirrostratus berada pada ketinggian lebih dari 6 km di atas permukaan air
laut. Termasuk kelompok awan tinggi lainnya yaitu cirrus, cirrocumulus dan
cumulonimbus.

Awan cirrostratus memiliki sifat tipis, tersebar merata dan hampir transparan sehingga masih dapat ditembus cahaya bulan maupun matahari. Karena ketinggiannya (suhu dingin dibawah 0° C) awan ini membentuk butiran lembut kristal es berbentuk tabung heksagonal (tabung segi enam) dengan ukuran berkisar antara 0,01 mm sampai 1 mm. Saat cahaya matahari atau bulan menerobos lapisan ini sebagian cahayanya akan mengalami pembiasan dan mengumpul membentuk pola lingkaran.

Biasanya kita juga mendapatkan “halo” dalam dua pola lingkaran yaitu lingkaran dalam dan lingkaran luar. Lingkaran ini masing-masing memiliki jari-jari sudut lingkaran sebesar 22° dan 46° disebabkan perbedaan ukuran dan arah sudut datang cahaya terhadap butiran kristal. Jadi saat kita melihat “halo” jika jari-jarinya hanya selebar 1 jengkal tangan yang direntangkan maka itutermasuk halo yang 22°.

Halo juga kadang-kadang dapat muncul di dekat permukaan bumi, ketika ada kristal es yang disebut debu berlian. Kejadian ini hanya dapat terjadi pada cuaca yang sangat dingin, ketika kristal es terbentuk di dekat permukaan dan memantulkan cahaya.
Terdapat banyak jenis halo, tetapi kebanyakannya terjadi dari kristal es dalam awan cirus yang terletak pada ketinggian 5–10 km di lapisan troposfer atas,seperti yang telah dijelaskan pertama kali. Bentuk dan orientasi kristal-kristal ini menentukan bentuk halo yang terjadi.
Biasanya kejadian melibatkan putaran radius 22° halo dan sundogs (Parhelia). Dalam gambar menunjukan matahari di kelilingi oleh 22° halo dan dilambungi (sisi) oleh sundogs. Parhelic circle itu adalah biasan cahaya kristal yang melapisisi sundogs dan mengelilinginya. Kadangkala ia melapisi keseluruhan ruang langit dalam latitut yang sama dengan matahari. Pembinaan tangen ketinggian dan rendah (Upper Tangent arc and Lower Tangent arc) menyentuh secara terus dengan 22° halo sama ada di atas atau dibawah matahari. Pembinaan Lengkungan (Circumzenithal arc) akan terjadi di atas semua kristal tersebut.
Radius 22° halo tidak kelihatan. Ia seperti helaian yang berlapis-lapis atau sabuk pada permukaan awan cirrus yang tipis. Awan ini sejuk dan mengandungi es kristal walaupun pada iklim yang sangat panas.
Halo sangat besar. Ia selalu mempunyai diameter yang sama dalam posisinya di langit. Kadang-kadang hanya sebagian saja yang muncul. Semakin kecil cincin cahaya yang terbias muncul mengelilingi matahari atau bulan dihasilkan oleh corona dari lebih banyak titisan air daripada dibiaskan oleh es kristal. Ia tidak mengaitkan bahwa hujan akan turun.
Apabila ingin melihat halo pastikan kedua mata anda dilindungi dari pancaran matahari. Jangan sesekali terlalu lama memandang halo, kalau perlu memakai kacamata hitam atau tiga dimensi, hindari kilauan pada kaca atau cermin Sembunyikan matahari dari penglihatan di balik binaan, bangunan atau apa-apa saja. Berhati-hati apabila mengambil gambar halo tanpa pelindung matahari. Sangat bahaya untuk mengambil gambar terus terutamanya mengunakan kamera SLR. Khusus bagi mereka yang hendak mengambil foto dengan menggunakan kamera single lens reflex (SLR), sebaiknya tidak langsung membidik melalui kotak bidik ke arah halo, karena cahaya matahari akan masuk ke dalam lensa fokus dan bisa merusak retina mata.

Merenungi Fenomena Matahari
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an surat Asy Syams ayat 1 – 10, yang artinya:
1. Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,
2. Demi bulan ketika mengiringinya,
3. Demi siang ketika menampakkannya,
4. Demi malam ketika menutupinya,
5. Demi langit dan (Allah) yang membangunnya,
6. Demi bumi dan (Allah) yang menghamparkannya,
7. Demi jiwa dan (Allah) yang menyempurnakannya,
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa kefasikan dan ketakwaan,
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,
10. dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya,
Bila kita baca dan renungkan ayat-ayat pendek surat Asy-Syams tersebut, terasa ada nuansa ”psiko-astronomis” (kalau boleh saya sebut demikian) yang sangat kuat. Allah bersumpah untuk menjadi perhatian hamba-hamba-Nya dengan menyebut fenomena-fenomena astronomis yang diakhiri dengan fenomena kejiwaan.
Banyak makna bisa diungkap dari fenomena astronomis itu yang mungkin jarang kita renungkan untuk menyucikan jiwa kita. Misalnya, matahari sesaat setelah terbit yang disebut di awal surat.
Matahari di kaki langit tampak lebih besar daripada ketika berada di atas kepala. Padahal, ukuran piringan matahari itu tidak berubah, selain efek refraksi atmosfer yang menyebabkannya tampak sedikit lonjong. Besarnya sekitar setengah derajat atau kira-kira setengah lebar ujung telunjuk bila direntangkan ke depan sepanjang lengan.
Pola pikir manusia yang bersifat nisbi menyebabkan kesan besarnya matahari di kaki langit. Ketika itu matahari tampak besar karena dibandingkan dengan latar depan pepohonan, bangunan, atau benda lainnya yang tampak kecil di kejauhan. Demikianlah, jiwa manusia cenderung merasa diri besar, kuat, kaya, pandai, atau terhormat karena membandingkannya dengan yang kecil, lemah, miskin, bodoh, atau jelata.
Matahari ketika tengah hari tampak kecil karena dibandingkan dengan langit yang luas. Demikian pula pola pikir yang nisbi akan membawa kita sampai pada kesimpulan diri kita kecil, lemah, miskin, bodoh, atau terhina bila kita menyadari ada yang lebih besar, lebih kuat, lebih kaya, lebih pandai, dan lebih terpuji.
Itulah ”psiko-astronomis” fenomena matahari. Memang, fenomena alam dengan proses spesifik yang disebut di dalam Surat Asy Syams kaya akan pelajaran untuk direnungkan. Matahari sebagai objek sentral pada empat ayat pertama tampaknya dijadikan perlambang untuk perenungan.
Matahari memberikan sinar pada bulan yang mengiringinya sehingga manusia bisa menentukan penanggalan qamariyah. Matahari memberikan cahaya terang dan kehangatan pada siang hari sehingga manusia bisa beraktivitas. Matahari bersembunyi di balik horizon pada malam hari agar manusia bisa beristirahat.
Perenungan fenomena alam semestinya membimbing kearah penyucian jiwa, menyadari kenisbian manusia. Sifat dan sikap takabur merupakan pengotor jiwa yang bisa muncul dalam bentuk sikap otoriter, diskriminatif, dan menindas.
Imam Ghozali pernah berpesan, jadilah Muslim seperti matahari. Ia bersinar karena kualitas pribadinya. Dan ia mampu menerangi dan menghangatkan sekitarnya. Mampu memberi manfaat bagi masyarakatnya.
Read More...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar